Kelompok etnik atau suku bangsa adalah suatu
golongan manusia
yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya
berdasarkan garis
keturunan yang dianggap sama. Identitas suku pun ditandai oleh
pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh kesamaan budaya,
bahasa,
agama,
perilaku
atau ciri-ciri biologis.
Menurut pertemuan internasional tentang
tantangan-tantangan dalam mengukur dunia etnis pada tahun 1992, "Etnisitas
adalah sebuah faktor fundamental dalam kehidupan manusia.
Ini adalah sebuah gejala yang terkandung dalam pengalaman manusia"
meskipun definisi ini seringkali mudah diubah-ubah. Yang lain, seperti
antropolog Fredrik Barth dan Eric Wolf, menganggap
etnisitas sebagai hasil interaksi, dan bukan sifat-sifat hakiki sebuah
kelompok. Proses-proses yang melahirkan identifikasi seperti itu disebut etnogenesis. Secara
keseluruhan, para anggota dari sebuah kelompok suku bangsa mengklaim
kesinambungan budaya
melintasi waktu, meskipun para sejarahwan dan antropolog telah mendokumentasikan bahwa banyak
dari nilai-nilai, praktik-praktik, dan norma-norma yang dianggap menunjukkan
kesinambungan dengan masa lalu itu pada dasarnya adalah temuan yang relatif
baru.
Anggota suatu suku bangsa pada umumnya
ditentukan menurut garis keturunan ayah (patrilinial)
seperti suku bangsa Batak,
menurut garis keturunan ibu (matrilineal) seperti suku Minang, atau
menurut keduanya seperti suku Jawa.
Adapula yang menentukan berdasarkan
percampuran ras
seperti sebutan "orang peranakan" untuk campuran bangsa Melayu dengan
Tionghoa, "orang Indo" sebutan campuran bule dengan bangsa Melayu,
"orang Mestis" untuk campuran Hispanik dengan bumiputera,
"orang Mulato" campuran ras Negro dengan ras
Kaukasoid, Eurosia, dan sebagainya.
Adapula ditentukan menurut agamanya,
sebutan Melayu di Malaysia untuk orang bumiputera yang muslim, orang Serani
bagi yang beragama Nasrani (peranakan Portugis seperti orang Tugu), suku Muslim
di Bosnia, orang Moro
atau Bangsamoro di Filipina Selatan, dan
sebagainya.
ETNISITAS
Etnisitas
adalah suatu pengungkapan golongan sosial yang memiliki keterkaitan pada
golongan sosial lainnya. Karena itu, diungkaplah wujud agama (kepercayaan),
bahasa, dan adat golongan tertentu dalam konteks sosial yang lebih luas.
Bahasa, agama, dan adat itu merupakan media individu untuk bersosialisasi
dengan individu lain, yang kemudian menjadi identitas bagi kelompok sosial
individu tersebut.
Sebelum
zaman kemerdekaan Indonesia, etnisitas memiliki nilai-nilai etnis yang belum
dipengaruhi oleh budaya asing. Salah satunya adalah etnis Batak. Sebagai salah
satu ragam etnis yang ada di Nusantara, kelompok yang disebut-sebut sebagai
kelompok Batta/Battas oleh kolonial, Batak merupakan kelompok dan daerah yang
sulit dikuasai. Setelah dikuasi secara kependudukan daerah etnisitas batak
mulai terinfiltrasi budaya oleh budaya asing (kolonial).
Sejak
abad ke-2 M, lewat tulisan Ptolemaeus, dan sampai akhir abad ke-19, bahkan awal
abad ke-20, Sumatra bagian utara dianggap sebagai daerah berbahaya karena
diduga dihuni oleh sejumlah masyarakat kanibal (hal. 55). Ketakutan atas
tradisi masyarakat pegunungan yang berada di kawasan Sumatra bagian utara
itulah menimbulkan kerumitan tersendiri bagi kolonial untuk menguasai daerah
yang diduduki oleh orang-orang batak.
Sejarah
prakolonial mengungkapkan bahwa etnis Batak bukanlah suatu etnis yang terpisah
atau terasingkan dari etnis Melayu pesisir bagian timur Sumatra. Pada masa
kerajaan Minangkabau dan Melayu memiliki keterkaitan dan hubungan yang relatif
baik dalam pemerintahannya, sehingga ini mengindikasikan bahwa orang-orang
pedalaman Sumatra bagian utara bukanlah suatu etnis pengasingan atau tidak
memiliki hubungan sama sekali.
Tradisi
sosial, budaya, kepercayaan, kekerabatan (merga) hingga kolonialisasi bangsa
Eropa ke tanah pedalaman Sumatra bagian utara yang diuraikan secara historis
perlu diketahui agar dapat memahami etnisitas prakolonial, dalam hal ini adalah
etnis Batak dan Melayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar